Dinas Sosial dan Kesejahteraan (Dinsos), Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah (Pemkab Malteng), diharapkan dapat melihat dan mengambil langka penanganan terhadap kondisi yang dialami Ardy Latupeirissa. Ternyata, jauh dari harapan dan terkesan tutup mata dengan kondisi orang miskin seperti keluarga Marlina Latupeirissa, wanita single parent yang merawat anaknya dengan serba kekuranga.
Ardy Latuperissa, bayi malang yang miskin itu, sudah sembilan tahun sejak lahir 20 Mei di tahun 2014, sudah menderita penyakit Hidrosefalus. Karena hidup dalam kemiskinan yang serba kekurangan, orang tuanya tidak mampu membawanya ke puskesmas untuk perawatan, baik di Kecamatan atau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Masohi. Marlina Latuperissa, Ibu Ardy, setiap hari menemani naknya dengan belayan kasih sayang, dari usia nol bulan hingga kini sudah berusia sembilan tahun sembilan bulan.
Beruntung kehadiran Yuslan Idris, salah satu wartawan di Maluku, mendatangi kediaman Marlina Latuperissa di rumahnya Jumat, 29 Desember 2023, di Negeri Yamalatu, melihat langsung kondisi Ardy Latuperissa. Rumah dengan ukurang 5 X 7 Meter, rumah pengungsi yang dibangun tahun 2002 pasca kerusahan, kondisi rumahnya sangat memprihatinkan. Ardy hidup bersama Ibu, Opah dan Omanya, setiap hari dirawat dilantai beralas tikar plastik, semua kebutuhan dilayani Ibunya, dibantu Opa dan Omanya.
Marlina, meski serba kekurangan dari ekonomi keluarga, tetap tegar melayani dan memperhatikan kebutuhan buah hatinya. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, terpenting halal maka pekerjaan apapun dilakukan, dan sesibuk apapun Marlina menempatkan waktu menemani anaknya yang dibiarkan terbaring di lantai karena tidak memiliki kasur yang layak.
“Sejak lahir Ardy kepalanya sudah besar, awalnya beta anggap hal biasa, namun seiring waktu, kepalanya terus membesar dan muncul benjolan di ubun-ubun kepala. Beta seng tau ini penyakit apa, karena anaknya tidak ada perkembangan layaknya bayi lain, hinga usia satu tahun kepalanya semakin membesar dan anaknya tidak bisa berdiri maupun berjalan dengan normal.” Cerita Marlina kepada wartawan, Jumat, (29/12/23) di Rumahnya.
Sejak usia nol bulan sampai Ardy berusia sembilan tahun lebih lanjut Marlina, dirinya sudah berupaya sesuai kemampuannya, namun tidak membuahkan hasil karena tidak memiliki biaya untuk pengobatan anaknya. Dengan kondisi Ardy seperti ini, kami hanya bisa pasra kepada Tuhan Yesus atas mujizatnya untuk kesembuhan Ardy.
“Selama ini kami hanya pasra dengan keadaan yang dialami anak saya, dan kepada Tuhan Yesus kami berserah atas mujizatnya dengan harapan ada kesembuhan dari penyakit yang diderita anak saya. Sebab kami orang miskin yang serba kekurangan, ada hanya untuk makan sehari-hari itupun kurang, sehingga tidak mampu untuk mengobati anak saya ke rumah sakit,” ungkapnya.
Menurutnya, selama ini kami hidup dengan belas kasih dari sanak saudara, tetangga dan orang-orang yang bersimpati dengan kondisi anak saya Ardy. Kami juga tidak meminta apa-apa, pihak pemerintah baik itu dari Pemerintah Negeri, Pemerintah Kecamatan, hingga Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tengah (Pemkab Malteng), melalui Dinas Sosial dan Kesejahteraan, hingga kini belum ada perhatian terhadap kondisi anak saya,.
“Perna ada pihak yang dermawan memberikan kami bantuan sembako berupa beras, sarimi dan lainnya, namun entah dari mana saya tidak mengetahui. Untuk pemerintah belum ada perhatian, baik Pemerintah Negeri, Kecamatan maupun dari Dinas Sosial dan Kesejahteraan Pemkab Malteng,” ujarnya.
Marlina berharap, dengan kedatangan Bung Yuslan Idris ke rumah kami, semoga ada harapan baru bagi keluarganya khususnya bagi kondisi kesehatan anaknya Ardy, sehingga dapat menjadi menyuarakan kondisi yang kami alami sehingga ada perhatian bagi pihak-pihak yang bersimpatih untuk menolong penanganan pengobatan. Terkhususnya bagi pihak Dinas Sosial dan Kesejahteraan Pemkab Malteng yang berkewajiban untuk turun melihat langsung dan mengambil langka penanganan atas derita yang dialami Ardy penderita Hidrosefalus.
“Anak saya Ardy belum mendapat perhatian dan sentuhan dari pihak pemerintah, sehingga dengan kehadiran Bung Yuslan, dan mengangkat kondisi kehidupan kami semoga ada orang berhati mulia yang berkelebihan dapat membantu, menolong pengobatan anak saya. Begitu juga bagi pemerintah baik Pemerintah Pusat melalui Kementerin Sosial Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Maluku, dan Pemkab Malteng melalui Dinas Sosial dan Kesejahteraan dapat melihat dan mengambil langka atas kondisi yang dialami anak saya Ardy. Kalaupun dengan keluhan kami tidak ada perhatian dari pemerintah, kami hanya bisa berserah diri atas nasib anak kami kepada Tuhan Yang Maha Esa,” harap Marlina dengan pasrah.
Untuk diketahui, Hidrosefalus disebabkan oleh ketidak seimbangan antara produksi dan penyerapan cairan di dalam otak. Akibatnya, cairan di dalam otak terlalu banyak dan membuat tekanan dalam kepala meningkat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: Aliran cairan otak yang tersumba.
Ada beberapa sebab yang menjadi pemicunya diantaranya adalah infeksi pada masa kehamilan, rubella, sifilis, penyakit gondok dan toksoplasma. Akan tetapi, jika hidrosefalus terjadi setelah lahir biasanya dapat terjadi karena adanya cedera otak yang parah, radang otak, tumor otak hingga radang selaput otak. (Nia)
Sumber : Faktanews.com